- See more at: http://www.mybloggerwidgets.com/2013/04/add-snow-falling-effect-in-blogger.html#sthash.H9P4j4nT.dpuf

Thursday 21 November 2013

KETAN BINTUL



KETAN BINTUL

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0f2GtbqCpyp8TCtXckR3aJNA_PbOeBKQGbINyY1DTBZOdvLMutnNIvMcZyS-DhgyLisUBDAFnMMWDFKp4HeuMfiib1mB80A4GQFfIVTGPQDyC6tlFMF4Z0OpAqUi_DL3Ibcwjqy5zJA/s320/Ketan-bintul-2.jpgketan-bintul.jpg

Resep Mebuat Ketan Bintul
  1. 250 ml santan dari 1/4 butir kelapa
  2. 1/2 sendok teh garam
  3. 200 gram beras ketan, direndam selama 2 jam
Bahan Serundeng:
  1. 1/4 butir kelapa muda, diparut
  2. 3/4 sendok teh garam
  3. 1/4 sendok teh gula pasir
  4. 2 lembar daun jeruk, dibuang tulangnya
  5. 1 lembar daun salam
Bumbu Halus:
  1. 8 butir bawang merah
  2. 2 siung bawang putih
  3. 1 sendok teh ketumbar bubuk
  4. 2 buah cabai merah besar
  5. 2 buah cabai merah keriting
Cara membuat Ketan Bintul :
  • Serundeng, campur kelapa dengan bumbu halus, daun jeruk, daun salam, garam, dan gula pasir. Sangrai hingga matang dan kering. Angkat. Haluskan. Sangrai kembali hingga benar-benar kering.
  • Didihkan santan dan garam. Masukkan beras ketan. Masak sambil diaduk hingga meresap. Angkat. Kukus  di atas api sedang 15 menit. Tumbuk hingga halus.
  • Letakkan ketan dalam sebuah loyang kotak 16x8x5 cm. Ratakan. Potong-potong ketan.
  • Sajikan bersama taburan serundeng.

KETAN BINTUL
Di Banten ada tradisi yang sudah berlangsung sejak 15 Abad yang lalu, suatu kebiasaan yang sangat sulit untuk dilupakan, karena kebiasaan ini hadir bukan hanya sebagai santapan pembuka dibulan Ramadhan saja, tetapi sudah menjadi makanan keseharian bagi masyarakat Banten dari berbagai macam kalangan dan golongan.
Namun Ketan Bintul akan lebih mudah kita jumpai pada saat bulan Ramadhan disepanjang daerah pinggiran pasar lama Serang, dijual dengan harga murah dengan uang Rp500,00,- kita sudah memperoleh 3 potong. 

Karena bagi masyarakat Banten sendiri keberadaan Ketan Bintul dibulan Ramadhan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan."Tanpa Ketan Bintul dibulan Ramadhan ini, terasa tidak puasa", begitulah adagium yang sudah mengakar di Banten.
 
Konon menurut cerita dari orang-orang tua terdahulu, ketan bintul merupakan makanan kegemaran Sultan Maulana Hasanuddin, seorang pangeran yang menjadi panutan masyarakat kerajaan Banten pada waktu itu. Padahal makanan ini diketahui adalah makanan khas rakyat biasa. 
Karena seorang Sultan memiliki budi pekerti yang tinggi dan selalu menjadi contoh ahlak dan prilakunya dimata rakyatnya, maka sejak rakyat mengetahui seorang Sultan juga menyukai ketan bintul, 
Maka sejak itulah mulai menjadi budaya, bila seseorang berbuka puasa dengan ketan bintul maka seakan-akan menghargai dan menghormati Sultan. Dan ada kebanggaan tersendiri saat menikmatinya.
Padahal kita tahu kental bintul dilihat dari model, rupa dan bahan yang sama dengan uli atau gemblong makanan khas lain yang ada di Banten juga. Bahkan bahan dan cara pembuatannya tidak jauh berbeda yakni dari beras ketan. Namun masyarakat Banten adalah masyarakat yang selalu menghargai peninggalan nenek moyangnya, adalah hal yang wajar bila masih terobsesi pada hikayat lama, disamping itu ketan bintul mempunyai keunikan yang membedakan dari makanan yang sejenisnya. 
Biasanya masyarakat Banten khususnya Serang yang mempunyai keluarga dan kerabat yang banyak terbiasa membuat sendiri panganan tersebut, mungkin memanfaatkan beras ketan dari hasil panennya, tapi yang pasti untuk memberikan suguhan yang khas bagi para tamu dan keluarga pada saat berbuka puasa.

Ketan bintul terbuat dari beras ketan yang dikukus, setelah nampak matang, lalu di letakan pada sebuah wadah yang sudah disiapkan, dahulu wadah tersebut dari bekas karung beras yang terbuat dari plastik yang tidak ada gambarnya atau merknya karena akan mengotori ketan yang akan ditumbuk ketika gambar itu luntur, diletakan dibawah pada lantai atau semen yang rata sebagai tilam. Ketan yang sudah dipastikan matang tersebut kemudian ditumbuk halus masih dalam keadaan panas dengan sebuah alu kayu yang ujungnya diberi pelapis dari plastik atau alat penumbuk lainnya yang bersih dan tidak mudah luntur. 

Menumbuknyapun harus dengan tenaga yang besar, disini perlu diperhatikan beras yang sudah menjadi ketan tersebut jangan sampai kehilangan panasnya, agar pada saat menumbuk cepat halus dan empuk. Makanya membutuhkan kecepatan dan kecermatan serta mengerti betul bagian-bagian mana yang belum tertumbuk.
Sambil membolak-balik penumbukan terus dilakukan hingga diyakini tidak ada bagian sedikitpun yang tidak tertumbuk.

Memang melakukannya tidak boleh ada istirahat, karena panas yang dikandung pada ketan akan cepat menguap dan lekas menjadi dingin, bila ini yang terjadi ketan akan sangat keras ditumbuknya maka akan sulit mendapatkan hasil yang bagus dan sempurna, kemungkinan juga hasilnya akan gagal. 

Untuk itu pekerjaan semacam ini harus dilakukan minimal dua orang, dengan membagi tugas saling bergantian, satu menumbuk dengan alat penumbuk berupa alu kayu yang ada bebannya, satu lagi membolak-balikan agar merata halusnya. Pekerjaan yang dilakukan dua orang biasanya akan maksimal. 

Bila ingin menghasilkan yang lebih bagus, gurih dan ada rasanya, pada saat pengukusan beras ketan dicampur dengan parutan kelapa dan sedikit garam. Selain itu pada saat penumbukan harus mengerahkan tenaga yang besar. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan ukuran 5 kg beras ketan memakan waktu tidak kurang dari 1jam.

Apabila sudah terlihat rata halusnya yang ditandai lengketnya uli (ketan yang sudah ditumbuk halus), segera beberkan atau dibentuk sesuai keinginan tebal dan ukurannya, yang umum dijajakan pedagang biasanya berbentuk wajik yang dibungkus dengan daun pisang, agar awet dan tetap nampak kelihatan putih. 

Setelah itu siapkan parutan kelapa sesuai kebutuhan, lalu disangrai (digoreng tanpa minyak goreng), sampai terus diaduk-aduk agar merata matangnya. Kalau sudah nampak kecoklat-coklatan ditiriskan beberapa menit, kemudian digerus dengan menggunakan alat penggerus dari batu kali yang umum dipakai oleh ibu-ibu rumah tangga, sampai halus benar.

Bila sudah halus tambahkan gula pasir dan garam halus, satukan biar merata benar manis dan asinnya. Untuk menggugah selera ambil cabai merah secukupnya, iris kecil-kecil memanjang. Kemudian buatlah goreng bawang merah agar harum dan beraroma, Pisahkan dengan bubuk sangrai kelapa tadi (bintul) jangan dicampur. 

Menjelang berbuka puasa tiba sajikan uli yang sudah dipotong-potong tadi lalu taburkan diatasnya bintul, irisan cabai merah dan goreng bawang merah, ditemani segelas kopi atau teh manis, kelezatan dan kenikmatannya tak terbayangkan, apalagi diluar hujan turun rintik-rintik, dengan angin yang semilir membuat lupa diri ingin tambah dan tambah lagi,tanpa disadari waktu sholat mahgrib hampir habis. ***

No comments:

Post a Comment