PART 6
Liburan semester terasa
begitu cepat, ternyata tinggal dua minggu lagi tian nemenin adi di rumah sakit.
Hari ini tian harus kembali ke purwokwrto, ada konsultasi dosen PA dan ngambil
KHS. Tian janjian sama rahma di terminal , tapi rahma lamaaaaa pake buangeet...
sampe jamuran nih pantat tian,heheee...
“parah loe lama banget ! nyasar kemana sih?? Baru juga
berapa minggu gak ke PWT udah gak tahu jalan, huh!” tian ngedumel.
“apa sih loe? Ngomong apa? Gak denger...
weeeee..hahaaaaa” rahma malah ngeledek tian.
Tian
dan rahma langsung capcus ke kampus nemuin dosen PA mereka. Kebetulan dosen
mereka berbeda jadi harus pisah deh... Rahma udah ketemu sama dosen nya,
sedangkan tian masih nyari keberadaan tuh dosen. Tian kayanya mulai esmosi deh
sama tuh dosen dari tadi gak ketemu-ketemu.
“tok...tok...tok...” tian ngetuk pintu.
“iya, masuk.” Jawab Pak Dosen.
Selang
beberapa jam tian keluar dari ruangan dosen, tak ada beban di wajah tian.
Begitupun dengan rahma yang biasa-biasa saja, bahkan lebih baik dari tadi.
Semeter dua ini tian ngambil SKS full 24, tapi rahma kayanya gak deh.
Kayanya sayang deh kalo
hari ini terbuang sia-sia. Tian sama rahma pun berencana untuk jalan-jalan, yaa... ngilangin rasa penat gitu
! mereka langsung capcus ke tempat makan favorit mereka, gak jauh koq dari
kampus.
Sambil
asyik makan ples becanda (maklum udah lama gak ketemu), tian liat sesosok
mahluk yang udah femiliar di matanya, Damar...
“hai...” damar yang udah liat tian dari tadi
langsung melambaikan tangannya, dan cowok itupun menghapiri dua sahabat
itu.
“hai mar...” jawab rahma yang emang girang banget
sama damar.
“eh, tian ada disini? Rahma juga?”
“iya, mar. Ngapain lo disini?” tanya tian cuek.
“nongkrong aja. Kalian sendiri?”
“makan” jawab tian,
“damar.........” rahma langsung meluncurkan banyak
banget pertanyaan ke damar, sedangkan tian asyik makan bakso yang ada dihadapannya.
Hari
sudah sore, waktunya tian pulang ke bumiayu. Sesampainya di bumiayu tian
langsung ke rumah sakit tempat adi di rawat, tapi saat tian tiba di rumah sakit
sesuatu yang tian takutkan malah terjadi saat itu.
Dengan wajah yang tak
percaya tian mulai memasuki kamar adi. Dalam hati tian selalu berdoa agar ini
semua hanya mimpi, tapi ketika tian melihat tubuh adi yang terbaring kaku air
mata pun jatuh seketika. Tian shock, tak percaya dengan apa yang dia liat. Tian bengong,tak ada kata dan tak ada air
mata sama seperti saat adi kecelakaan.
“sabar ya Yan” ucap mama adi sambil memeluk tubuh
tian.
Tian masih tak percaya dengan yang dia liat, ini mimpi?? Ini gak mungkin
nyata. Sudah satu jam berlalu, tian tetap diam ditengah tangis dan jeritan keluarga
dan kerabat adi. Kemudian mama dan papa tiba di rumah sakit, papa langsung
menggendong tian menuju mobil.
Keesokan
harinya,saat pemakaman adi berlangsung kondisi tian masih sama seperti kemarin.
Kosong,tenang,tak ada kata,tak ada air mata, tapi dalam hati Tian
menangis,menjerit menerima kenyataan pahit ini. Tian sangat terpukul,bahkan
bisa dibilang Tian mengalami depresi.
Dipandanginya
rumah baru Adi,rumah Adi untuk selamanya, sederhana tapi begitu nyaman dan
indah dengan taburan bunga yang segar. Tian masih tenang seolah tak ada beban.
Ketika pemakaman selesai semua orang mulai meninggalkan Adi sendiri.
“sayang, ayo pulang” ajak mama dan papa. Tian tetap
diam dengan pandangan kosong kearah makam Adi.
“Tian sayang,pulang yuk? Biarkan Adi tenang disana”
rayu mama Adi. Tian pun tetap kekeh dengan sikapnya yang dingin.
Mama,papa dan semua
keluarga Adi mulai bingung menghadapi sikap Tian. Mereka mengerti dengan
perasaan Tian saat ini,tapi mereka gak mau Tian terus berlarut dengan keadaan.
Akhirnya mereka menunggu Tian beberapa meter dari lokasi, mama berharap Tian
segera sadar dengan semua ini.
Tian berjalan mendekati
batu nisan Adi. Dia pandangi batu nisan itu, seperti ada rasa
kecewa,marah,sedih bercampur jadi satu. Perlahan Tian membungkukan tubuhnya dan
duduk di samping batu nisan Adi. Pertama air mata mulia jatuh membasahi pipi
merah Tian, kemudian terdengar isak tangis yang begitu pedih.
“adi......salah aku apa?” ucap tian lirih. Tian berhenti
menangis dan kembali ke sikap tian semula,diam.
Dipandangi makam adi,
“kamu jahat,di!” itulah kata-kata tian sebelum meninggalkan makam adi.
Sampai dirumah tian
masih seperti sebelumnya,diam. Mama yang dari kemarin kebingungan tetap diam
menghadapi Tian, mau apa lagi coba? Ditanya aja diem,nangis enggak,marah
enggak, lah Tian sih gimana?
Berhari-hari Tian
seperti itu, mama semakin khawatir takut terjadi apa-apa dengan Tian. Akhirnya,
papa dan mama mengajak tian pergi ke rumah adi untuk pengajian 7 hari
meninggalnya adi.
No comments:
Post a Comment