- See more at: http://www.mybloggerwidgets.com/2013/04/add-snow-falling-effect-in-blogger.html#sthash.H9P4j4nT.dpuf

Friday 27 December 2013

cinta anak ingusan



Dear diary ...
Aku gak tau ini perasaan apa, tapi aku nyaman kalo deket sama mas Abi..
Mas abi itu ponakan mama,, dia oom aku
Mas Abi masih muda ,usianya baru 21 tahun.
Kemaren mas Abi wisuda, cakep banget mas Abi...
Aku jadi gemes... wajah lucu...baby face gitu...
Boleh gak yah aku suka sama mas Abi???
“icha.... ayo sayang
“iya ma,bentaaarr” aku ikut teriak.
             Dengan terburu-buru aku yang bernama lengkap Raicha Hermawan turun melewati anak tangga. Sekarang pukul 06.05 pagi, saatnya berangkat sekolah jadi aku turun dengan keadaan sudah rapi dengan seragam putih biru.
            Setelah sampai anak tangga terakhir langkahku terhenti melihat sosok yang sudah femiliar itu, entah mengapa hatiku jadi deg-degan,heheheeee jangan sampe loncat yaa tuh hati, malu-maluin.
“hari ini kamu dianter ke sekolah sama oom Abi yaa,cha?” tanya mama membuyarkan lamunanku.
“hah?” jawabku dengan kaget. “iya ma,gak apa-apa koq” .
            Aku melangkah meninggalkan anak tangga kesayanganku,mendekati mas Abi jantungku berkontaksi tak karuan. Saat ini pasti wajahku memar kaya tomat.
            Acara mati kaya patung akhirnya berakhir setelah mobil mas Abi berhenti didepan gerbang. Aku keluar mobil dan langsung menuju kelas tanpa pamit sama mas Abi.
Dear diary,
Hari ini aku yakin kalo aku suka sama mas Abi.
Aku gak bisa ngomong apa-apa kalo disamping mas Abi.
Apa ini cinta?
Tuhaaan, ini pertama kalinya aku merasa jatuh cinta..
            Aku senyum-senyum sendiri melamunkan sosok mas Abi yang super cool. Hari ini terasa lelah setelah sekolah, latihan musik dan les bahasa inggris. Akupun tertidur dengan diary dipelukan.
            Malam ini mas Abi terlihat begitu tampan. Aku dan mas Abi memang tinggal satu rumah , tepatnya dua minggu yang lalu ketika mas Abi selesai wisuda dan bergabung dengan perusahaan Papa. Jadi untuk sementara mas Abi akan tinggal dirumahku.
            Makan malam telah siap mama hidangkan, semua berkumpul dimeja makan. Papa, Mama, Aku, Mba Veri dan Mas Abi. Mba Veri kaka perempuanku, dia baru pulang dari Bandung, katanya lagi libur semester. Mba Veri semester 4 di UNPAD  Bandung.
            Setelah makan malam selesai, aku langsung balik ke kamar, waktunya belajar buat besok. Setelah beberapa menit mengerjakan tugas, mama masuk dengan sebuah buku ditangan kanannya. “Hah??? “ aku bengong liat buku yang ada ditangan mama.
“ini diary kamu?” tanya mama. aku mengangguk pelan.
“mama baca isinya ya?” dengan gugup aku bertanya.
“kenapa? Takut ketauan kalo kamu suka sama mas Abi?” tanya mama balik. aku malu,takut gak karuan. “kamu bener suka sama mas Abi?”
“gak tau ma.” Jawabku singkat dengan kepala tertunduk pura-pura ngerjain tugas.
“gak usah dipikirin ya cha. Itu Cuma rasa sayang kamu ke oom doang koq, lagian kamu masih kecil, masih SMP sekolah aja yang bener jangan suka-sukaan dulu yaa?” nasehat mama sambil meletakan diary dikasur kemudian pergi menuruni tangga.
Tiga bulan berlalu, perasaanku tak dapat dihilangkan. Ini gak sekedar sayang terhadap oom,tapi ini benar-benar perasaan cinta. Sikapku terhadap mas abi tiba-tiba berubah, aku sering memperlihatkan perasaan suka pada mas Abi. Menurutku, mas abi juga suka sama aku,heee
Dear diary,
Ternyata aku gak salah suka sama mas abi.
Mas abi baik, dia sering anter aku kemana-mana, jemput aku sekolah.
Ngehibur aku kalo aku lagi sedih. Ma sabi juga sering meluk aku,heheee
Mas abi suka gak yaa sama aku?
            Malam minggu ini aku bete dikamar terus, aku menuju ruang tv untuk mencari hiburan. Aku masukan kaset Micky Mouse, ku nikmati setiap lelucon micky dkk.
”Kayaknya mas Abi gak ada dirumah deh” batinku.
Aku kembali menikmati film dihadapanku. Gak lama kemudian ada yang lari-lari dari ruang tamu.
“icha? teriak seseorang itu. Sontak aku langsung nengok ke belakang,
“mas Abi? Kenapa?” aku kebingungan liat ekspresi mas abi yang kegirangan.
“gak apa-apa koq” jawab mas abi nyengir sambil garuk-garuk kepala yang mungkin sebenarnya gak gatel.”mmmmm
“mas abi meluk aku? Ya Allah...ini beneran? Aaaahhh...teriak ku dalam hati.
“aku lagi seneng cha” kata mas abi dengan ekspresi yang sama kegirangan tapi sekarang dia sambil nyubit pipi bapau ku,heeeeeeuuuh sakit.
“aku juga lagi seneng mas” jawab ku gak mau kalah.
“masa? Sama dong... bentar lagi kamu punya tante baru,cha”
Deg!hah? maksudnya? Aku bingung bertanya-tanya dalam hati.
“akhirnya minggu depan oom akan melepas masa lajang oom”
Hah?? Aku gak tau mau ngapain saat itu, aku Cuma bisa bengong dan bilang “selamat oom”
            Entah ini yang namanya sakit hati atau apa lah,tapi dadaku memang terasa sakit sesak dan gak tau rasa apa aja yang sedang aku rasa. Aku nangis gak bisa nahan air mata.
Dear diary,
Ternyata mas Abi mau nikah L tepatnya minggu depan!
Aaaaarrghh...Mas Abi nikah?? Bete !     
Siapa sih cewenya? Gua labrak !
            Dan hari ini pun datang juga. Pernikahan mas Abi. Entah aku bahagia seperti yang lain atau hanya aku yang benci saat seperti ini. Ku pasang senyum termanis yang bisa ku ciptakan. Whatever dengan orang lain, yang pasti hari ini aku bete!!
Dear diary,
Melihat orang tersayang bahagia dengan orang lain memang menyakitkan.
Oh Tuhan..... kenapa aku dilahirkan 14tahun yang lalu?
Kenapa aku gak sebaya sama mas Abi?
Aku Cuma mau aku yang bersanding di pelaminan bersamanya L
Aku patah hati!!
Hari-hari kulewati dengan membiarkan semuanya apa adanya. Mungkin Mama menyadari keganjilan yang yang terjadi padaku akhir-akhir ini. Bisa ku tebak dari cara Mama menasehatiku.
Entahlah..aku harus berbuat seperti apa. Menjadi orang dewasa ternyata tak semudah itu. Berat hati ini, seandainya aku telah dewasa, aku pasti bisa ngerebut mas Abi dari tante Anisa.
Sore ini ada pertemuan keluarga di rumahku. Semua keluarga ngumpul, pasti rame, apalagi banyak sodaraku yang sebaya. Tapi mas Abi juga pasti ada.
Aku duduk ditaman samping rumah, mengamati semua kegiatan yang ada di ruang keluarga. Mas Abi bahagia banget sama tante Anisa, gak tau apa ya aku cemburu? Sampai sekarang aku masih suka sama mas Abi.
“kenapa,Cha?” aku kaget ada yang menepuk pundakku. Aku tambah kaget saat aku tahu orang di belakangku ternyata mas Abi.
“ada apa,mas?”
“masih patah hati gara-gara mas Abi nikah?” pertanyaan itu sungguh membunuhku.
“gak ko,mas. Biasa aja. Itukan dulu pas mas Abi masih kecil, jadi aku juga mikir ko!” aku gak mau kelihatan seperti anak kecil di depan mas Abi.
“sukur kalo gitu. Jangan nulis tentang mas di buku diary lagi, ya? Kamu masih kecil jangan suka-sukaan dulu. Oke cantik?” aku hanya mengangguk dan mas Abi mengacak-ngacak rambutku, kemudian pergi memasuki ruang keluarga
Dear diary,
Aku kaget denagn ucapan mas Abi tadi sore..
Kenapa mas Abi tahu kalo aku suka nulis diary tentang dia?
Mas Abi juga masih ingat sama janji yang dulu mas Abi kasih ke aku pas aku umur 7tahun.
Aku tahu itu Cuma janji anak kecil, tapi aku ingin itu kenyataan.
Menikah dengan mas Abi.
“kenapa,Cha?” tiba-tiba mama ada dibelakangku.
“gak apa-apa.ma.” jawabku ketus sambil cemberut.
“masih bete sama mas Abi?” aku diam dan mengangguk.
“icha tahu,ma. Dulu mas abi janji kaya gitu biar icha seneng, dan itu Cuma becanda, tapi icha sayang sama mas abi,ma. Icha mau nikah sama mas abi.” Aku merengek pada mama, seprti bayi yang meminta susu pada ibunya.
“kamu masih kecil,sayang. Nanti kamu juga bakalan lupa kok sama perasaan kami ini. Masih banyak pangeran yang nunggu putri mama diluar sana.” Aku Cuma tersenyum, senyum terpaksa!
“mas abi bilang sama mama. Kamu jangan kaya gini terus, kamu harus belajar yng rajin biar jadi anak pinter. Nanti kalo kamu bisa masuk SMA favorit, mas Abi janji bakalan ngajak kamu ke Jepang. Mau gak?
“mau.maaa” kalo udah denger kata Jepang aku pasti seneng banget,karena itu negara pertama yang ingin aku kunjungi.
“sekarang,kamu lupain janji itu,perasaan kamu sama mas Abi dan yang paling penting belajar yang rajin. Sekolah yang bener. Buat mama papa juga mas abi bangga sama kamu”
“iya,ma.. icha sayang mama” aku peluk mama dan mama mencium keningku.
Ku lupakan semuanya. Ku jadikan pelajaran dimasa depan. Dadah masa lalu... selamat datang masa depaaann J



Wednesday 11 December 2013

Analisis Bahasa Indonesia



Rencana menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional, diungkapkan Ketua Komisi Harian Nasional Indonesia untuk UNESCO, Arief Rahman, pada 15 November 2011. Bahasa Indonesia memiliki peluang untuk menjadi bahasa Internasional karena bahasa Indonesia telah banyak dimengerti oleh sebagian manusia di dunia. Disamping itu, bahasa Indonesia juga mudah untuk dipelajari dan dipahami, karena bahasa Indonesia dalam tulisan dan pengucapan sama saja, tidak ada yang membedakan. Dalam bahasa Indonesia tidak mengenal to be ataupun gramar (keterangan waktu) sebagaimana diberlakukannya dalam bahasa Inggris. Hal tersebut mempermudah warga asing untuk belajar bahasa Indonesia.
Bahasa lain seperti bahasa Jerman ditolak untuk menjadi bahasa internasional karena hanya digunakan di Jerman saja. Badan Bahasa di Kementrian Pendidikan dan Kebudayan harus lebih aktif mengampanyekan gerakan cinta bahasa Indonesia, karena bahasa Indonesia harus digunakan secara aktif tidak hanya di sekolah, tapi juga dalam komunikasi sehari-hari. Hal ini dilakukan dalam rangka mengembangkan penggunaan bahasa Indonesia dan memupuk rasa Nasionalisme terhadap bangsa. Pentingkah bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari? sangat lah penting. Di lihat dari fungsi bahasanya sendiri, bahasa sebagai alat komunikasi. Jika kita tidak mengerti bahasa Indonesia, bagaimana kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang terbiasa menggunakan bahasa Indonesia?
Orang-orang zaman dahulu bangga menggunakan bahasa Indonesia meskipun ditentang oleh pihak penjajah. Mereka berpikir, mengapa di tanah air  harus menggunakan bahasa asing yang bukan kebudayaannya sendiri, jadi mereka berhak menggunakan bahasa Indonesia karena mereka berada di Indonesia. Pilihan menggunakan Bahasa Indonesia juga merupakan bentuk Nasionalisme. Saat ini, penggunaan istilah asing pada ruang publik di kota besar sangat mendominasi sekali mulai dari taman kota, kantor pemerintahan, tempat wisata, pusat perbelanjaan, pasar, dan petunjuk-petunjuk umum lainnya yang semestinya dapat dijadikan sebagai penanda identitas bangsa. Sebagian besar ruamg publik menggunakan bahasa asing dulu, kemudian diikuti bahasa Indonesia, contoh: OPEN (BUKA). Jika ingin menyertakan bahasa asing dalam tempat tersebut seharusnya menggunakan bahasa Indonesia dahulu, kemudian diikuti oleh bahasa asing, contoh: KELUAR (EXIT). Hal seperti itu lah yang menjadi penanda identitas negara.
Bahasa Indonesia dapat mempertemukan bangsa-bangsa yang sudah memiliki bahasa tuturnya sendiri. Bahasa Indonesia berdiri di tengah sebagai penyambung banyak lidah. Nasib bahasa Indonesia diperteguh dengan kehadiran Sumpah Pemuda yang ditulis dan dibaca jelaskan oleh Muhammad Yamin pada kongres 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda sebagai titik penegasan identitas bangsa Indonesia dengan bahasa resmi; bahasa Indonesia. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan Indonesia, pemuda berperan aktif sebagai ujung tombak dalam mengantarkan bangsa dan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berdaulat.  Dalam pengembangan bahasa Indonesia, pemuda mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis sehingga perlu dikembangkan potensi dan perannya melalui penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan sebagai bagian dari pembangunan nasional.
Teks sumpah pemuda dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia. Teks tersebut juga menyihir dan mempersatukan pluraritas bahasa Indonesia, sebagai pemicu untuk sadar akan hakikat bangsa yang dihuni oleh banyak suku. Dengan bahasa Indonesia kita dapat menampakkan pesona keluhuran budi bangsa Indonesia. Sejak adanya sumpah pemuda, bahasa Indonesia mulai berkembang lagi, dimulai dari ejaan lama hingga ejaan baru seperti yang kita gunakan sekarang ini. Berikut ini adalah perbandingan ejaan lama dengan ejaan baru, huruf “j” ditulis “dj”, huruf “u” ditulis “oe”. Dan masih banyak lagi perbandingan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Kita sebagai Bangsa Indonesian yang besar dan memiliki bahasa sendiri harus bangga terhadap bahasa Indonesia, karena bahasa Indonesia adalah bahasa milik Indonesia sendiri, bukan milik negara lain. Jangan sampai bahasa Indonesia diclaim oleh bangsa lain.
Untuk mengampanyekan bahasa Indonesia perlu di bangun pusat bahasa di berbagai daerah Indonesia. Agar masyarakat dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari. Sudah dirumuskan oleh Kepala Badan Pusat Bahasa Kementrian, pendidikan, dan kebudayaan Republik Indonesia bahwa untuk memperluas jangkauan bahasa Indonesia, tidak hanya di Indonesia tetapi sampai ke negara asing. Rencananya, di setiap negara akan ditambah pusat bahasa dan kebudayaan Indonesia. Sampai kini ada 150 pusat bahasa dan kebudayaan Indonesia di 48 negara. Sebelumnya, pengajaran bahasa Indonesia telah dilakukan oleh sekitar 36 negara di dunia dengan jumlah lembaga tidak kurang dari 130 buah, yang terdiri atas perguruan tinggi, pusat-pusat kebudayaan asing, KBRI, dan lembaga-lembaga kursus. Akan tetapi, selama ini pengajaran bahasa Indonesia di lembaga-lembaga tersebut, baik di dalam maupun di luar negeri, dikelola dan dikembangkan oleh lembaga masing-masing tanpa ada lembaga induk yang memayungi lembaga-lembaga pengajar bahasa Indonesia tersebut. Atas dasar itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia sebagai lembaga pemerintah yang bertugas menangani masalah kebahasaan di Indonesia merasa terpanggil dan bertanggung jawab untuk membina, mengembangkan, dan sekaligus memfasilitasi lembaga-lembaga tersebut agar masing-masing dapat hidup dan berkembang sesuai dengan karakteristiknya sendiri. Hal itu dimaksudkan agar pengajaran bahasa Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri, terus tumbuh dan berkembang sehingga pada akhirnya bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa pergaulan antarbangsa.
Dewasa ini, banyak kelas kursus bahasa asing. Zaman memang sudah moderen, kita perlu menguasai bahasa asing apalagi bahasa Internasional seperti bahasa Inggris dan bahasa Arab pada umumnya. Akan tetapi, sebelum kita menguasai bahasa asing tersebut, kita harus bertanya pada diri kita, apakah kita sudah menggunakan  bahasa Indonesia yang baik dan benar?  Jika kita belum menguasai dengan baik bahasa sendiri, untuk apa belajar bahasa asing? Bangga dengan bahasa asing sama saja kita meruntuhkan rasa nasionalisme dalam diri kita pada negara Indonesia. Lalu, bagaimana caranya agar bahasa asing tidak mendominasi bahasa Indonesia? Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengaplikasikan teori Crystal (2003) dalam pemertahanan bahasa. Menurut Crystal ada 6 aspek yang dapat membuat sebuah bahasa bertahan yaitu; gengsi, kesejahteraan, bahasa tulis, pendidikan, teknologi, dan kekuasaan. Adapun kemungkinan aplikasinya adalah sebagai berikut;
  1. Dari aspek gengsi, kita semestinya dapat membuat bahasa Indonesia memiliki gengsi tersendiri dalam masyarakat. Ini dapat dilakukan dengan memberi penghargaan kepada orang maupun lembaga yang menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
  2. Untuk aspek kesejahteraan, kita dapat memberi hadiah ataupun memberikan posisi yang lebih baik pada orang dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.  
  3. Dalam aspek bahasa tulis, kita dapat memotivasi penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar pada media cetak maupun elektronik dengan cara memberikan penghargaan atau merekomendasikan mereka sebagai bacaan atau tayangan wajib di lembaga pemerintahan dan kalangan masyarakat.
  4. Dalam pendidikan, kita dapat memberikan model penggunaan bahasa yang baik dan benar, sekaligus mengawasi penggunaannya.
  5. Dalam bidang teknologi, kita dapat menggugah atau mengharuskan penyedia jasa di bidang teknologi untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,dan
  6. Dari aspek kekuasaan, semestinya badan yang mengawasi penggunaan dan pengembangan bahasa di Indonesia harus memiliki kuasa yang memadai untuk dapat mengawasi maupun memberi sanksi kepada mereka yang tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.     
Penjajahan dalam bentuk bahasa kini telah merajalela, hal tersebut dapat kita lihat dalam penulisan pesan singkat atau status dalam jejaring sosial. Ramaja saat ini lebih bangga menggunakan bahasa asing, sekalinya menggunakan bahasa Indonesia tidak dapat menggunakan secara baik. Banyak istilah “bahasa alay” yang menyerang pemuda Indonesia, keberadaan bahasa alay ini dapat merusak citra bahasa Indonesia yang sesungguhnya. Jadi pemuda sekarang tidak terlalu paham dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, apalagi bahasa formal, akan tetapi lebih menguasai bahasa alay tersebut. Bagaimana bahasa yang baik dan benar itu? Dan seperti apa bahasa alay yang melanda remaja saat ini?
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang tidak terlalu terikat oleh patokan. Contoh ketika di warung kopi kita cukup menanyakn harga dengan bertanya: “kopinya berapaan, Bu?”. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu memperhatikan norma bahasa. Misal dalam perkuliahan, “Maaf, Pak. Saya belum jelas terhadap materi yang Bapak bahas mengenai masalah sosial. Bisa Bapak ulang kembali?”.
Sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahas Indoneia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar/tidak baku. Misalkan ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang siswa
  • Pak guru : Rino, apakah kamu sudah mengerjakan PR?
  • Rino : sudah saya kerjakan, Pak.
  • Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
  • Rino : Terima kasih Pak
Dalam percakapan tersebut memenuhi kaidah-kaidah kebahasaan, sehingga pemakaian bahasa tersebut dianggap baku. Oleh karena itu, kaidah yang mengatur pemakaian bahasa itu meliputi kaidah pembentukan kata, pemilihan kata, penyusunan kalimat, pembentukan paragraf, penataan penalran, serta penerapan ejaan yang disempurnakan. Karena itu, anjuran agar kita "berbahasa Indonesia dengan baik dan benar" dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan "bahasa Indonesia yang baik dan benar" mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
            Kemudian bahasa alay adalah variasi bahasa yang muncul karena adanya komunitas anak-anak remaja/muda. Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal adalah Anak layangan. Dominannya, istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren secara gaya busananya. Menurut Koentjaraningrat, Alay adalah gejala yang dialami pemuda dan pemudi bangsa Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakaian mereka. Istilah alay hadir setelah di facebook semakin marak penggunaan bahasa tulis yang tak sesuai kaidah bahasa Indonesia oleh remaja. Bahasa ini kerap dipakai untuk menunjuk bahasa tulis. Dalam bahasa alay bukan bunyi yang dipentingkan tapi variasi tulisan.
Ini adalah gambaran tentang  bahasa tulis yang sedang menjadi tren pada remaja Indonesia  :
1.      Menggunakan angka untuk menggantikan huruf. Contoh: 4ku ciNT4 5 K4moe (Aku cinta kamu).
2.      Kapitalisasi yang sangat berantakan. Contoh: IH kAmOE JaHAddd (ih kamu jahat).
3.      Menambahkan “x” atau “z” pada akhiran kata atau mengganti beberapa huruf seperti “s” dengan dua huruf tersebut dan menyelipkan huruf-huruf yang tidak perlu serta merusak EYD atau setidaknya bahasa yang masih bisa dibaca. Mengganti huruf “s” dengan “c” sehingga seperti balita berbicara. Contoh:, “xory ya, becok aQ gx bica ikut”.
4.      Menggunakan singkatan-singkata kata : semangka (semangat kaka), stw (santai wae), otw ( on the way)
5.      Mengubah huruf vokal atau konsonan  menjadi kata yang bernada lebih rendah: semangat – cemungud.
           
Bahasa alay ternyata memiliki dampak besar terhadap kehidupan remaja, adanya dampak positif dan juga dampak negatif. Dampak positif dengan digunakannya bahasa Alay adalah remaja menjadi lebih kreatif. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi yang tepat, media yang tepat dan komunikan yang tepat juga. Dampak negatif lainnya, dapat mengganggu siapa pun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya, karena tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya.
Penggunaan bahasa alay dalam kehidupan sehari–hari ini mempunyai pengaruh negatif bagi kelangsungan bahasa Indonesia. Pengaruh tersebut antara lain sebagai berikut:
1.    Masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku.
2.    Masyarakat Indonesia tidak memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
3.    Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya        karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4.    Dulu anak – anak kecil bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi sekarang anak kecil lebih menggunakan bahasa alay. Misalnya dulu kita memanggil orang tua dengan sebutan ayah atau ibu, tapi sekarang anak kecil memanggil ayah atau ibu dengan sebutan bokap atau nyokap.
5.    Penulisan bahasa indonesia menjadi tidak benar. Yang mana pada penulisan bahasa indonesia yang baik dan, hanya huruf awal saja yang diberi huruf kapital, dan tidak ada penggantian huruf menjadi angka dalam sebuah kata ataupun kalimat.

Melihat dampak yang cukup mencengangkan ini apa yang sebaiknya dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif penggunaan bahasa alay?
Ø  Pertama, sebaiknya guru-guru bahasa Indonesia di sekolah lebih menekankan lagi bagaimana cara penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD.
Ø  Kedua, pada saat berkomunikasi kita harus bisa membedakan dengan siapa kita berbicara, pada situasi formal atau nonformal. Dengan ini kita bisa menyeimbangkan penggunaan bahasa dengan baik agar bahasa alay tidak mendominasi kosa kata yang kita miliki.
Ø  Ketiga, mengurangi kebiasaan mengirim pesan singkat dengan tulisan yang aneh. Seperti  singkatan kata yang menjadi “yg”dan bukan “yank”, disamping mudah membacanya akan lebih efisien waktu dan tidak membuat si penerima pesan merasa kebingungan membaca tulisan kita.
Ø  Keempat, banyak membaca tulisan yang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Artinya di dalam buku tersebut terdapat tulisan yang formalitas dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. Misalnya  wacana, berita, ataupun informasi dalam surat kabar.
Ø  Kelima, sebaiknya kita rajin membaca KBBI, karena banyak kosakata bahasa Indonesia yang sudah banyak dilupakan. Ini adalah salah satu wujud  bangga terhadap bahasa kita.

Dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, kita harus bangga pada bangsa ini, karena di dalam bahasa Indonesia itu memiliki beberapa unggulan, diantaranya:
1.    Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan.
Fungsi Bahasa Indonesia adalah untuk mempersatukan suku-suku bangsa Indonesia, untuk mempersatukan yang ber-Bhineka. Suku bangsa yang menjunjung tinggi nilai adat dan bahasa daerahnya masing-masing disatukan atau disamakan derajatnya dalam sebuah bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia dan memandang akan pentingnya persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia. Maka setiap suku Bangsa Indonesia bersedia menerima Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
2.    Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu adalah sebagai alat komunikasi bagi yang belum memahami bahasa daerah. Setiap orang tidak selalu memahami masing-masing tetapi juga harus memahami bahasa daerah lainnya karena sebagaian warga negara Indonesia melakukan mobilisasi, sehingga akan terjadi interaksi antara suku daerah satu dengan suku daerah lainnya.

3.  Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang baik, sopan dan sesuai kaidah. Bagi warga negara Indonesia, khususnya orang yang kesulitan menggunakan bahasa daerah yang umumnya memiliki strata kesopanan yang kompleks, dengan menggunakan Bahasa Indonesia maka orang tersebut akan terhindar dari penilaian negatif masyarakat, akibat ketidaknyamanannya dalam mengaplikasikan bahasa daerah sesuai dengan kaidah yang berlaku. Bahasa Indonesia sebagai alat pelatihan kepekaan dalam berbahasa. Fungsi melatih kepekaan dalam berbahasa adalah agar setiap ucapan yang kita ucapkan, baik secara lisan maupun secara tulis tidak akan menyinggung perasaan orang lain.

4.  Bahasa Indonesia berfungsi untuk mewujudkan cipta, rasa, dan karsa. Dalam membahas teori ini, kita harus memahami terlebih dahulu mengenai cipta, rasa dan karsa. Cipta merupakan kemampuan manusia dalam menggunakan kekuatan pikiran dan imajinasi, misalnya ketika sedang berkhayal (mengekspresikan) sebagai tokoh idola. Rasa merupakan kemampuan manusia dalam menggunakan kekuatan perasaan batin dan emosi jiwa, misalnya ketika kita sedang mengkspresikan untuk seorang tokoh antagonis kita harus melakukannya dengan sungguh-sungguh sehingga terlahirlah rasa emosi jiwa. Karsa merupakan keinginan dan kemauan yang kuat di dalam diri manusia, misalnya ketika rasa dorongan dalam diri kita untuk melakukan sesuatu yang kita inginkan. Jadi, dengan menggunakan bahasa Indonesia kita mampu menciptakan cipta, rasa dan karsa yang ada dalam diri kita.


Untuk pemerintah sendiri, upaya pengembangan bahasa Indonesia sangat di utamakan. Bisa dibuktikan dengan adanya Kongres Bahasa Indonesia yang di adakan sampai empat kali. Berikut hasil Kongres Bahasa Indonesia di setiap tahunnya.
1.      Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1938 di Solo
Hasil kongres bahasa Indonesia I tahun 1938 di Solo Jawa Tengah, memberikan penegasan tentang kedudukan bahasa Indonesia serta pengembangan dan pembinaannya untuk semakin dimantapkan. Dalam amanat tersebut dijelaskan bahwa kedudukan bahasa Indonesia diusulkan agar dijadikan sebagai bahasa resmi dan bahasa pengantar di dalam perwakilan dan perundangan.
Demikian pula kedudukannya sebagai bahasa negara, pemerintah menetapkan kebijaksanaan mengangkat bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945, pada Bab XV, Pasal 36, yang selengkapnya berbunyi ”Bahasa negara adalah bahasa Indonesia”. Landasan konstitusional ini memberikan kedudukan yang kuat bagi bahasa Indonesia untuk digunakan dalam berbagai urusan kenegaraan dan dalam menjalankan tata pemerintahan.
2.        Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan
Hasil kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan yang menyangkut kedudukan bahasa memutuskan bahwa: (1) politik bahasa Indonesia dalam hubungannya dengan bahasa daerah dan bahasa asing supaya digariskan dengan jelas; (2) perlu dibangkitkan rasa cinta bahasa Indonesia dan peningkatan harga diri dengan menggunakan bahasa Indonesia; dan (3) perlu ditegaskan bahwa, bahasa Indonesia memang dari bahasa Melayu tetapi disesuaikan dengan pertumbuhannya.                                         
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 096/1967 secara tegas telah menggariskan bahwa pengajaran bahasa asing tak lain fungsinya ialah: sebagai alat untuk mempercepat proses pembangunan negara dan bangsa; membentuk persahabatan dengan bangsa-bangsa lain; dan menjalankan kebijaksanaan luar negeri (foreign policy) kita, sedangkan tujuan nasional dalam pengembangan ketrampilan berbahasa asing (dalam hal ini adalah bahasa Inggris) sesuai dengan keputusan pemerintah dan sesuai dengan kegunaanya ialah agar kita memiliki kompetensi: (1) kemampuan membaca secara efektif; (2) kemampuan mengerti bahasa lisan; dan (3) kemampuan berbicara (Depdikbud, 1981:139). Berdasarkan uraian tersebut, kekhawatiran terhadap terdesaknya kedudukan bahasa Indonesia tidak perlu terjadi. Baik bahasa daerah maupun bahasa asing posisinya akan tetap menjadi bahasa pendukung bahasa Indonesia.
3.      Kongres Bahasa Indonesia III tahun 1978 di Jakarta
Untuk mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, serta untuk meningkatkan pengguna dan penggunaanya dalam wilayah negara Indonesia, kongres bahasa Indonesia III di Jakarta merekomendasikan agar kemahiran berbahasa Indonesia dijadikan sebagai persyaratan penerimaan pegawai negeri. Rekomendasi yang kedua, agar pemerintah menggariskan suatu kebijaksanaan di dalam kebudayaan.
Berkenaan dengan pengembangan, kongres bahasa Indonesia III menyerukan terhadap perlunya penyusunan pedoman lafal baru, kamus baku, tatabahasa baku, dan perlu pula ada usaha pemodernan bahasa Indonesia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Muliono (Depdikbud, 1981:33-34) bahwa kebakuan bahasa Indonesia akan dapat mengemban empat fungsi, yaitu (1) fungsi pemersatu; (2) fungsi penanda kepribadian; (3) fungsi penambah wibawa; dan (4) fungsi sebagai kerangka acuan.
Fungsi sebagai pemersatu telah terbukti selama ini bahwa bahasa Indonesia mampu mengikat kebinekaan rumpun dan bahasa yang ada dengan mengatasi batas-batas kedaerahan. Fungsi sebagai penanda kepribadian yang dijalankan oleh bahasa baku dapat terlihat dalam pergaulan dengan bangsa lain jika orang Indonesia tetap menggunakan bahasa Indonesia untuk membedakan dirinya dengan bangsa lain. Fungsi ketiga bahasa Indonesia sebagai penambah wibawa merupakan unsur yang menduduki tempat tertinggi pada skala tatanilai dalam masyarakat bahasa. Bahasa baku yang dipakai oleh kalangan masyarakat yang berpengaruh dapat menambah wibawa pada setiap orang yang menguasai bahasa itu dengan mahir.
4.      Kongres Bahasa Indonesia IV tahun 1983 di Jakarta
Kongres bahasa Indonesia IV tahun 1983 di Jakarta menetapkan beberapa hal penting. Keputusan penting tersebut adalah berupa simpulan dan usul tindak lanjut dalam hubungannya dengan masalah-masalah lingkup bidang: (1) bahasa, (2) pengajaran bahasa; dan (3) pembinanan bahasa dalam kaitannya dengan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana pembangunan nasional.
Di era globaisasi seperti sekarang ini, bahasa Indonesia mendapat saingan berat dari bahasa Inggris karena semakin banyaknya orang yang belajar serta menggunakan bahasa Inggris dalam keperluan komunikasi lisan ataupun tulisan. Hal ini memang berpengaruh positif, yaitu dapat mempercepat pengembangan IPTEK. Namun harus disadari pula, bahwa kalau ingin belajar bahasa Inggris, jangan lupa untuk mempelajari bahasa Indonesia terlebih dahulu. Saat ini, bahasa Inggris memang lebih populer daripada bahasa Indonesia. Untuk itu, kita sebagai bangsa Indonesia harus selalu berupaya untuk mengembangkan bahasa Indonesia agar setara dengan bahasa internasional. Dengan kata lain, kita harus selalu menjaga kelestarian bahasa Indonesia. Meskipun demikian, kita juga tidak harus menutup pintu rapat- rapat dengan keberadaan bahasa asing. Bahkan, kita harus mau menyerap kosa kata dari bahasa asing agar kita bisa mengikuti perkembangan IPTEK berdasarkan kepentingan dan kebutuhan yang jelas.
Hal yang sangat penting namun sering dilupakan oleh masyarakat Indonesia dalam berbahasa yaitu menegakkan aturan-aturan dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Untuk itu, dengan semakin pesatnya perkembangan bahasa asing di Indonesia. Kita sebagai generasi penerus bangsa dan penerus kebudayaan Indonesia haruslah tetap melestarikan kebudayaan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mulai sekarang marilah kita lestarikan dan kembangkan bahasa Indonesia yang baik agar bahasa kita dapat dijadikan bahasa Internasional. Mulai dari hal sekecil pesan singkat dan bahasa komunikasi sehari-hari. Adanya Sumpah Pemuda yang salah satu pointnya menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu. Maka dari itu, nasib bahasa Indonesia mestinya menjadi tanggungjawab kita semua bukan hanya lembaga kebudayaan saja.