I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk
tambahan, atau selain arti semantiknya. Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan
penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi
dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya
membedakan puisi dan
prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih singkat
dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita. Beberapa
ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis
literatur tapi sebagai
perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain
itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke
dalam keadaan hatinya.
Puisi merupakan struktur yang kompleks maka untuk
memahaminya perlu diketahui
bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Puisi itu sesungguhnya harus
dimengerti sebagai norma-norma. Norma itu harus dipahami sebagai norma implicit
yang harus ditarik dari setiap pengalaman individu karya sastra dan
bersama-sama merupakan karya sastra yang murni sebagai keseluruhan. Dalam sebuah karya sastra tak
hanya mengandung satu sistem norma melainkan terdiri dari beberapa lapisan
norma. Masing-masing norma menimbulkan lapisan di bawahnya. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Rene Wellek, yang kemudian dikembangkan kembali oleh Roman Ingarden.
Dalam makalah ini, akan dibahas tentang pengertian
puisi menurut pemikiran beberapa ahli. Perbedaan puisi dan prosa juga akan
dibahas. Terakhir, akan membahas analisis lapisan norma menurut Roman Ingarden dalam puisi “Saat Cinta
Mengetuk Pintu Hati” karya Andres Nazaruddin.
1
II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN PUISI
Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984),
puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,
serta penyusunan larik dan bait. Dalam sebuah puisi haruslah mengandung irama,
rima, serta penyusunan larik dan bait untuk memperindah penyampaian puisi tersebut. Unsur tersebut sangat penting dalam sebuah
puisi, agar dapat menarik pembaca ataupun pendengar dalam membaca atau
mendengarkan puisi.
Adapun puisi menurut beberapa ahli sebagai berikut.
1.1. Menurut Watt-Dunton
(Situmorang, 1980:9)
Mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat
artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Puisi ungkapan perasaan
pengarang bisa dari pengalaman langsung yang memiliki nilai seni tinggi. Muncul
dari pikiran
pengarang yang diungkapkan dalam bahasa puitis atau dapat menyentuh perasaan
pembaca. Puisi juga disusun dengan rapi dan menarik dengan pemilihan diksi yang
tepat sehingga menghasilkan irama.
1.2. Menurut Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8)
Mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata
sesedikit mungkin.
Puisi biasanya memiliki bait yang sedikit dan simpel, dengan kata-kata yang padat. Dalam
kata-kata padat tersebut memiliki arti yang sangat luas, sehingga Ralph
mengatakan puisi
mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin. Karena puisi dapat
mengajarkan apapun yang ada didunia ini dan dengan puisi semua orang dapat mengekspresikan
setiap perasaannya lewat bait-bait yang dapat diciptakan.
2
1.3. Menurut Putu Arya Tirtawirya (Situmorang, 1980:9)
Mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar,
dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif. Dalam puisi kata yang digunakan yaitu kata tingkat
dua atau konotatif
atau bahasa perumpamaan (majas). Dalam hal ini untuk memperindah kesan pembaca
dan biasanya memiliki
makna tersendiri yang diciptakan oleh pengarang tersebut.
1.4. Menurut
Herman J. Waluyo
Mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan
bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi salah satu jenis
karya sastra yang berisi pikiran-pikiran dan perasaan pengarang, yang dikembangkan dengan
imajinasi pengarang. Dengan
kemampuan memilih diksi puisi akan memiliki nilai estetika yang tinggi. Puisi
juga mementingkan makna yang terkandung dalam setiap baitnya.
2. PERBEDAAN PUISI DAN PROSA
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk
tambahan, atau selain arti semantiknya. Puisi merupakan
pengekspresian pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam
susunan yang berirama. Puisi terikat oleh rima, irama, lirik, dan bait.
Pemilihan diksi yang tepat akan menambah nilai estetika dalam puisi tersebut.
Bahasa yang digunakan dalam puisi adalah bahasa konotatif dan disajikan dalam kalimat yang lebih padat. Puisi itu merupakan rekaman dan interprestasi pengalaman manusia yang
penting, diubah dalam wujud yang yang paling berkesan.
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya
yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan
prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Jadi, prosa adalah bentuk karya sastra yang disusun dalam
bentuk cerita secara bebas, yang tidak terikat oleh rima dan irama.
Dari unsur-unsur yang terkandung dalam puisi dan prosa juga
memiliki perbedaan Unsur intrinsik prosa yaitu tema, plot, amanat, latar,
penokohan, sudut pandang, nada dan suasana, serta gaya bahasa. Unsur ekstrinsik
prosa yaitu
nilai-nilai yang diyakini pengarangnya yang turut mempengaruhi terciptanya suatu prosa. Sedangkan, unsur
intrinsik dari puisi
yaitu tema, rasa, nada, tipografi, amanat, diksi, imajinasi, kata-kata konkret, gaya bahasa, ritme, dan irama. Unsur ekstrinsik dalam puisi yaitu Unsur biografi adalah 1) Latar belakang atau riwayat hidup
penulis. 2) Unsur nilai dalam cerita seperti ekonomi, politik, sosial,
adat-istiadat, budaya, dan lain-lain. 3) Unsur kemasyarakatan adalah situasi sosial ketika puisi itu dibuat.
4
Dari segi jenis, puisi dan prosa memiliki nama yang sama yaitu puisi lama dan
puisi baru, prosa lama dan prosa baru. Akan tetapi, dari segi makna atau isi
sangatlah berbeda. Pertmana,
puisi lama yaitu Merupakan puisi rakyat yang
tak dikenal nama pengarangnya. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan. Sangat terikat
oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun
rima. Contoh dari puisi lama
antara lain matra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair, dan talibun. Puisi
baru yaitu puisi yang bentuknya lebih
bebas daripada puisi lama, baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun
rima. Contoh yang termasuk puisi
baru balada, himne, epigram, romance, elegi, dan satire
Sedangkan yang di maksud prosa lama yaitu umumnya tidak diketahui nama pengarangnya. Prosa lama
merupakan warisan leluhur yang diturunkan dari generasi ke generasi. Prosa lama
berisi petuah atau nasehat dalam kehidupan sehari-hari. Yang termasuk ke dalam
jenis prosa lama antara lain: Dongeng, cerita rakyat, kisah, riwayat, dan hikayat. Prosa baru yaitu prosa yang
diciptakan pada masa sekarang. Umumnya prosa baru diketahui secara pasti nama
penulis aslinya. Yang termasuk ke dalam jenis prosa baru antara lain: novel, roman, biografi, dan cerpen.
3. ANALISIS LAPISAN NORMA
Dalam sebuah karya sastra tak hanya mengandung
satu sistem norma saja melainkan terdiri dari beberapa lapisan norma.
Masing-masing norma menimbulkan lapisan di bawahnya. Menurut Rene Wellek
terdapat tiga lapisan norma, lapisan pertama yaitu lapisan bunyi , lapisan kedua yaitu lapisan arti,
dan lapisan ketiga yaitu hasil dari rangkaian satuan-satuan bunyi dan arti.
Kemudian, Roman Ingarden menambahkan dua lapisan norma lagi, yaitu lapisan
dunia dan lapisan metafisis.
Untuk lebih jelas mengenai analisis norma di atas, akan dianalisis sebuah puisi dengan judul “Saat
Cinta Mengetuk Pintu Hati” karya Andres Nazaruddin.
Saat Cinta Mengetuk Pintu Hati
Oleh :
Andres Nazaruddin
Saat cinta datang dengan hormat mengetuk pintu hati
maka bukalah pintu hati lebar-lebar
biarkan cinta membuat jendela-jendela
agar sepoi membelai buai
maka bukalah pintu hati lebar-lebar
biarkan cinta membuat jendela-jendela
agar sepoi membelai buai
menyejukan tiap lekung relung hati
Saat cinta datang mencongkel jendela
tanpa setahu penjaga hati
jangan usik dia, karena dia akan mengganti jendela itu
jangan usik dia, karena dia akan mengganti jendela itu
dengan jendela baru yang lebih indah mempesonakan
rasakan saja hadirnya
rasakan saja hadirnya
agar dia bebas mengukir dinding-dinding hati
Saat cinta merobohkan saka hatimu,
juga biarkan,
karena dia akan kembali datang
karena dia akan kembali datang
dan membangunkan istana hati
dengan saka dari sarinya
dengan saka dari sarinya
Namun saat radar-radar hatimu tak lagi merasakan
hadirnya
jangan biarkan, ...
tonjoklah ego yang telah membelenggu
jangan biarkan, ...
tonjoklah ego yang telah membelenggu
rasa dibalik jeruji denda
dan ceburkan diri dalam telaga keheningan
dan ceburkan diri dalam telaga keheningan
Maka sesungguhnya...
kamu akan
dapat merasakan hadirnya kembali
dengan hati berpermadani
6
3.1. Lapisan Pertama
Lapisan norma pertama adalah lapisan bunyi (sound stratum). Bila orang membaca puisi, maka yang terdengar
itu ialah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang, dan panjang.
Tetapi suara itu
bukan hanya suara yang tak berarti. Suara itu sesuai dengan konvensi bahasa,
disusun begitu rupa hingga menimbulkan arti (Pradopo, 2003:66). Lapis bunyi
dalam puisi mempunyai tujuan untuk menciptakan efek puitis dan nilai seni.
Mengingat Bunyi dalam
sajak bersifat estetik yang berfungsi untuk mendapatkan keindahan dan tenaga
ekspresif. Dengan kata lain bunyi juga memilki fungsi sebagai alat penyair
untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, menimbulkan bayangan angan yang
jelas, dan sebagainya.
Dalam menganalisis lapisan norma pertama menggunakan analisis yang namanya asonansi dan
aliterasi. Aliterasi merupakan pengulangan bunyi konsonan yang sama dalam
baris-baris puisi; biasanya pada awal kata/perkataan yang berurutan.
Pengulangan seperti itu menimbulkan kesan keindahan bunyi. Asonansi merupakan pengulangan bunyi vokal yang sama pada kata/perkataan
yang berurutan dalam baris-baris puisi. Pengulangan begini menimbulkan kesan
kehalusan, kelembutan, kemerduan atau keindahan bunyi.
Saat cinta
datang dengan hormat
mengetuk pintu hati
maka bukalah pintu hati lebar-lebar
biarkan cinta membuat jendela-jendela
agar sepoi membelai buai
maka bukalah pintu hati lebar-lebar
biarkan cinta membuat jendela-jendela
agar sepoi membelai buai
menyejukan tiap
lekung relung hati
Dari bait di atas, pada bait pertama baris
ke-1 terdapat
asonansi a = 8, i = 3, e = 3, u = 2,
aliterasi t = 7, n = 6, g = 3, d = 2, m = 2, h = 2. Baris ke-2 terdapat asonansi a = 6, u = 2, i = 2, e =
2, aliterasi k = 2, b = 3, l = 3, h = 2, r = 2. Baris ke-3 terdapat asonansi i
= 2, a = 6, e = 5, aliterasi n = 4, t = 2, m = 2, b = 2, j = 2, d = 2, l = 2. Baris
ke-4 terdapat asonansi a = 4, e = 3, i = 3, aliterasi m = 2, b = 2. Baris ke-5 terdapat
asonansi e = 4, u = 3, a = 3, i = 2, aliterasi n = 4, k = 2, t = 2, l = 2, ng =
2.
7
Saat cinta
datang mencongkel jendela
tanpa setahu
penjaga hati
jangan usik dia, karena dia akan mengganti jendela itu
jangan usik dia, karena dia akan mengganti jendela itu
dengan jendela
baru yang lebih indah mempesonakan
rasakan saja hadirnya
rasakan saja hadirnya
agar dia bebas
mengukir dinding-dinding hati
Bait kedua baris ke-1 terdapat asonansi a = 6, e = 4,
aliterasi t = 3, c = 2, n = 3, ng = 2, d
= 2, l = 2. Baris ke-2 terdapat asonansi a = 6, e = 2, aliterasi t = 2, p =2, h = 2, n = 2. Baris
ke-3 terdapat asonansi a = 10, u = 2, i
= 5, e = 3, aliterasi j = 2, ng = 2, n = 5, k = 3, d = 3, t = 2.
Baris ke-4 terdapat asonansi e = 6, a = 7, i = 2, aliterasi d = 3, n = 5, l = 2, b = 2, ng = 2, h
= 2, m = 2. Baris ke-5 terdapat asonansi a = 7, aliterasi r = 2, s = 2. Baris
ke-6 terdapat asonansi a = 5, i = 7, e = 2, aliterasi r = 2, d = 3, b =2, ng = 3, n = 2.
Saat cinta
merobohkan saka hatimu,
juga biarkan,
karena dia akan kembali datang
karena dia akan kembali datang
dan
membangunkan istana hati
dengan saka dari sarinya.
dengan saka dari sarinya.
Bait ketiga baris ke-1 terdapat asonansi a = 7, i = 2, o = 2, aliterasi s = 2, t = 3,
n = 2, m = 2, h = 2, k = 2. Baris ke-2 terdapat asonansi a = 3. Baris ke-3
terdapat asonansi a = 8, e = 2, i = 2, aliterasi k = 3, n = 2, d = 2. Baris
ke-4 terdapat asonansi a = 6, i = 2, aliterasi n = 4, m = 2, t = 2. Baris ke-5 terdapat asonansi a = 6, i
= 2, aliterasi d = 2, s = 2, r = 2.
Namun saat
radar-radar hatimu tak lagi merasakan hadirnya
jangan biarkan, ...
tonjoklah ego yang telah membelenggu
jangan biarkan, ...
tonjoklah ego yang telah membelenggu
rasa dibalik
jeruji denda
dan ceburkan diri dalam telaga keheningan
dan ceburkan diri dalam telaga keheningan
Bait keempat baris ke-1
terdapat asonansi a = 15, u = 2, i = 3, aliterasi n = 3, m = 3, s = 2, t = 3, r = 6, d = 3, h =
2, k = 2. Baris ke-2 terdapat asonansi a = 4, aliterasi n = 2. Baris ke-3
terdapat asonansi o = 3, a = 3, e = 5, aliterasi t = 2, l = 3, h = 2, g = 2, ng = 2, m = 2.
Baris ke-4 terdapat asonansi a = 4, i = 3, e =2, aliterasi r = 2, d = 3, j = 2.
Baris ke-5 terdapat asonansi a = 7, e = 4, i = 3, aliterasi d = 3, n = 4, r =
2, l = 2, k = 2.
Maka
sesungguhnya...
kamu akan dapat merasakan hadirnya kembali
dengan hati
berpermadani
Bait kelima baris ke-1 terdapat asonansi a = 3, u = 2, aliterasi s =2.
Baris ke-2 terdapat asonansi a = 11, i = 2, aliterasi k = 4, m =3, n = 2, d =
2, r = 2. Baris ke-3 terdapat asonansi e = 3, a = 4, i = 2, aliterasi d = 2, n
= 2.
Dari semua analisis lapisan norma pertama dapat
ditentukan asonansi dan
aliterasi yang terdapat dalam puisi tersebut. Dari jumlah keseluruhan asonansi
terbanyak adalah a = 145 dan aliterasi terbanya adalah n = 50. Jadi, pengarang
lebih banyak menggunakan asonansi a pada setiap baitnya, dan aliterasi n pada
setiap baitnya.
3.2. Lapisan
Kedua
Lapisan kedua
adalah lapisan arti (units of meaning). Lapisan arti berupa rangkaian fonem, suku kata,
frase, dan kalimat. Semuanya itu merupakan satuan-satuan arti, akan tetapi
dalam karya sastra yang merupakan satuan minimum arti adalah kata. Kata
dirangkai menjadi kelompok kata dan kalimat. Kalimat-kalimat berangkai menjadi
alinea, bab, dan keseluruhan cerita ataupun keseluruhan sajak (Pradopo,
2003:67).
Setiap diksi dalam puisi telah melalui pemilihan kata yang demikian ketat
oleh penyair. Hal itu sangat mungkin disebabkan oleh pemadatan yang menjadi salah satu ciri puisi.
Pemilihan diksi tersebut akhirnya mengakibatkan impresi tertentu pada
pembacanya. Lapis arti (units of
meaning) ialah arti
yang terdapat dalam tiap satuan sajak. Mulai dari fonem, kata, kalimat dan seterusnya. Lapis arti terbagi dalam kosa kata, citraan, dan sarana retorika. Dengan
menggunakan lapis ini arti dalam tiap diksi bisa semakin dekat dengan
keobjektifan, tentu dengan dihubungkan dengan lapis-lapis lainnya.
Bait pertama :
Saat cinta
datang dengan hormat mengetuk pintu hati
maka bukalah pintu hati lebar-lebar
biarkan cinta membuat jendela-jendela
agar sepoi membelai buai
maka bukalah pintu hati lebar-lebar
biarkan cinta membuat jendela-jendela
agar sepoi membelai buai
menyejukan tiap
lekung relung hati
Artinya ketika
ada seseorang yang mencintaimu dengan terus terang, maka cobalah untuk menerima
dia. Terbuka kepada orang tersebut agar orang tersebut dapat memberikan kenyamanan dan kebahagian
untukmu.
Bait kedua :
Saat cinta
datang mencongkel jendela
tanpa setahu
penjaga hati
jangan usik dia, karena dia akan mengganti jendela itu
jangan usik dia, karena dia akan mengganti jendela itu
dengan jendela
baru yang lebih indah mempesonakan
rasakan saja hadirnya
rasakan saja hadirnya
agar dia bebas
mengukir dinding-dinding hati
Artinya ketika
kamu mulai mencintai seseorang tersebut tanpa kamu sadari, maka biarkanlah kamu
merasakan cinta yang sama kepadanya. Jangan mencoba untuk mengelak kalau kamu juga mempunyai perasaan
yang sama, karena perasaan itu akan membuat kamu merasa lebih bahagia. Biarkan
seseorang itu mencintaimu agar dia bisa mengerti perasaanmu juga.
10
Bait ketiga :
Saat cinta
merobohkan saka hatimu,
juga biarkan,
karena dia akan kembali datang
karena dia akan kembali datang
dan
membangunkan istana hati
dengan saka dari sarinya.
dengan saka dari sarinya.
Artinya ketika banyak cobaan yang
datang kepada kamu, maka percayalah jika bahwa dibalik masalah akan ada hikamah
yang lebih indah.
Bait keempat :
Namun saat
radar-radar hatimu
tak lagi merasakan hadirnya
jangan biarkan, ...
tonjoklah ego yang telah membelenggu
jangan biarkan, ...
tonjoklah ego yang telah membelenggu
rasa dibalik
jeruji denda
dan ceburkan diri dalam telaga keheningan
dan ceburkan diri dalam telaga keheningan
Artinya ketika
kamu merasa dia sudah
mulai tidak mencintaimu, maka jangan kamu biarkan. Coba untuk bertanya kepadanya dan saling jujur tentang perasaan,
meskipun kamu enggan untuk mengungkapkannya tapi selesaikan masalah itu
bersama. Intropeksi diri masing-masing,
saling merenungkan keadaan.
Bait kelima :
Maka
sesungguhnya...
kamu akan dapat merasakan hadirnya kembali
dengan hati
berpermadani
Artinya saat
kamu telah berhasil menyelesaikan masalah, kamu akan merasakan cintanya kembali
dengan lebih besar dari sebelumnya yang akan membuatmu semakin bahagia.
3.3. Lapisan
Ketiga
Rangkain
satuan-satuan arti itu menimbulkan lapisan yang ketiga, yaitu objek-objek yang
dikemukakan, latar, pelaku, dan semuanya itu berangkai menjadi dunia pengarang
berupa cerita, lukisan, ataupun pernyataan (Pradopo, 2003:18).
Objek-objek
yang dikemukakan dalam
puisi “Saat Cinta Mengetuk Pintu Hati” yaitu hati sebagai objek pertama pelaku, jeraji denda, telaga keheningan, ego. Pelaku yang
berperan dalam puisi tersebut yaitu cinta yang datang pada hati dan kamu sebagai pemilik hati itu.
Dunia pengarang
adalah ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan oleh si pengarang. Ini
merupakan gabungan dan jalinan antara objek-objek yang dikemukakan, latar,
pelaku, serta struktur ceritanya (alur) (Pradopo, 2003:18); seperti berikut.
Cinta yang diartikan sebagai
seseorang yang mencintai si kamu. Si cinta baru mengenal si kamu, disitu si cinta mencoba untuk mengetuk
pintu hati yang berarti baru datang dan mencoba ingin masuk pada hati. Dan si
kamu membiarkan si cinta itu masuk ke hati sehingga membuat jendela-jendela yang akan bisa membuat
si kamu merasakan hadirnya. Saat jendela-jendela itu dicongkel tanpa
sepengetahuan si kamu, hati membiarkannya karena nanti si cinta itu akan
mengganti jendela-jendela tersebut dengan yang lebih indah lagi. Saat ada masalah anggap saja itu ujian, hadapi masalah
bersama, yakin akan ada kebahagian dibalik itu semua.
3.4. Lapisan
keempat
Lapisan norma
keempat adalah “dunia” yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tidak
perlu dinyatakan
secara eksplisit
karena sudah terkandung di dalamnya (implisit). Makna yang dinyatakan secara
jelas karena di dalamnya sudah terkandung .
Dipandang dari
sudut pandang tertentu si cinta itu baik, sopan, bertanggung jawab dapat
dilihat pada bait pertama baris ke-1 bahwa cinta datang dengan hormat mengetuk pintu hati,
pada bait kedua si cinta mencongkel jendela tetapi dia menggantinya dengan
jendela yang lebih indah yang bisa membuat si pemilik bahagia. Kemudian di bait
ketiga si cinta juga merobohkan tiang-tiang hati, si cinta malah datang membangunkan istana yang
tiangnya terbuat dari segenap perasaannya. Kemudian di bait keempat menyatakan jika si kamu sudah
tidak merasakan cinta yang berarti si cinta itu mulai pergi, dan si kamu
mencoba untuk menghalanginya. Dan pada akhirnya si cinta dan si kamu akan merasakan
kebahagian yang sangat besar dengan hati yang diselimuti oleh permadani.
12
3.5. Lapisan
kelima
Lapisan kelima adalah lapisan metafisis yang
menyebabkan pembaca berkontemlasi (Pradopo. 2003:19). Lapisan metafisis juga berupa sifat-sifat
metafisis (yang sublim, yang tragis, mengerikan atau menakutkan, dan yang
suci).
Dalam sajak itu
lapisan ini berupa keindahan saat dicintai seseorang yang benar-benar tulus,
meskipun dia seseorang yang baru dalam hidupmu. Jika kamu dicintai oleh seeorang maka biarkanlah, biarkan kalian saling
memgenal dan memahami satu sama lain, agar dia dapat menunjukan cintanya dan
bisa membuatmu menjadi mencintainya juga. Ketika kamu mulai mencintai dia,
terima dia yang akan
memberika kebahagian dalam hidupmu. Tapi ketika ada masalah selesaikan bersama
karena dari masalah itu kamu akan merasa lebih dicintai. Pada puisi saat cinta mengetuk pintu hati, si pengarang ingin menyampaikan bahwa cintai orang
yang mencintaimu, hadapi masalah yang menimpa dan anggap itu sebuah cobaan yang akan membawamu ke
hidup yang lebih bahagia.
III
PENUTUP
1. SIMPULAN
Puisi memiliki pengertian
yang beragam, dari pengertia dari beberapa ahli, sastrawan dapat disimulkan bahwa
puisi adalah sebuah karya sastra yang imajinatif dan terikat oleh rima dan
irama. Membutuhan diksi yang tepat dan penggunan gaya bahasa yang menarik, agar
dapat menarik pembaca dan pembaca dapat menangkap makna yang terkandung didalamnya. Puisi juga mengalami
kemajuan dari puisi lama yang sangat ditentukan bait, baris, dan rimanya
menjadi puisi baru yang lebih bebas tetapi masih dalam bahasa yang padat.
Dalam karya sastra tidak hanya puisi saja, ada juga yang kini sangat
terkenal dikalangan
masyarakat terutama remaja dan pencinta karya sastra yaitu prosa. Puisi dan
prosa sama-sama karya sastra, tapi yang dapat membedakannya yaitu
pengkajiannya. Jika puisi lebih padat dan menggunakan bahasa konotatif,
menuntut pembaca untuk berpikir dalam memahami makna. Maka prosa kebalikannya, disajikan
dengan bahasa yang lugas serinci mungkin agar pembaca benar-benar menangkap
maknanya tanpa harus berpikir dua kali. Dalam prosa juga tidak terdapat batasan baris atau
bait seperti yang terdapat pada puisi.
Dalam mengapresiasi suatu puisi metode yang dapat dilakukan
bermacam-macam. Dan ketika membuat seuatu analisis, perlu sebuah teori yang
telah teruji dan mampu mengupas semua masalah dalam puisi tersebut. Salah
satunya adalah teori dari Roman Ingarden yang menyebutnya strata norma. Strata norma terdiri
dari empat lapis. Di antaranya lapis bunyi, lapis arti, lapis dunia, dan lapis
metafisis. Dalam
puisi saat cinta mengetuk pintu hati maksudkan pengarang bahwa berilah kesempatan kepada orang yang mencintaimu, jika kau sudah merasa
mencintainya, bahagia bersamanya maka jagalah jangan sampai dia pergi
meninggalkanmu.
14
DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Rachmat D. 2003. Pngkajian Puisi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Situmorang, Sitor. 1980. Kumpulan Sajak. Universitas Michigan: Komunitas Bambu.
Sudjiman, Panuti. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
Waluyo, Herman J. 2005. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pusaka Utama
No comments:
Post a Comment