PART 4
Dari
dalam terdengar suara mama memanggil tian. Tian dan adi langsung kembali ke
dunia nyata. Tian menghampiri mama, adi hanya melihat tian dari balik jendela
rumah tian. Seperti nya serius, wajah tian terlihat semakin serius, kaya nya
tian nangis deh! Kenapa? Ada masalah? Tian mendekati adi yang dari tadi sudah
menunggu.
“kenapa yank?” tanya adi lembut.
“masuk yuk” ajak tian dengan senyum di balik tangis
nya. “papa mau ngomomg sama kamu.” Adi bengong! Ada apa?papa nya tian mau
ngomong? Ngomong apa? Pasti serius! Adi mengikuti langkah tian dengan penuh
tanda tanya.
“malam oom?” adi nyapa papa duluan. Adi emang masih
anak SMA, dia juga nakal di sekolah nya, tapi walau pun begitu adi masih punya
sopan-santun.
“duduk” papa to the point. Adi duduk, mama menarik
tian untuk ninggalin papa dan adi, tapi tian mengintip dari balik tembok, takut
ada sesuatu yang terjadi. Adi paling gak bisa nahan emosi kalo udah marah.
“kamu beneran sayang sama tiani?” tanya papa.
“iya,oom. Saya serius, saya beneran sayang sama
tian.” Jawab adi dengan tenang.
“apa kamu mampu bahagiain dia?” adi terkejut
mendengar pertanyaan itu. Maksud nya apa?
“saya mampu, oom. Saya akan lakukan apa aja untuk
membahagiakan tian.” Dari balik tembok tian mendengar jawaban adi, dia langsung
tersenyum.
“tingalkan dia! Jangan ganggu tian lagi. Itu yang
bisa membuat tian bahagia” mendengar itu air mata tian langsung terjatuh dan
dia merasa lemas, tubuh nya perlahan mulai jatuh ke lantai. Dia menahan tangis
sambil menutup mulut nya dengan tangan. Tian gak nyangka papa akan ngomong kaya
gitu.
“maksud oom...”
“iya, kamu harus ninggalin tian. Lupakan dia. Dia
punya kehidupan yang baru.”
“apa salah saya, oom? Saya gak bisa! Saya udah janji
sama tian untuk tidak meninggalkan dia.” Adi sangat tegas.
“janji?” ucap papa sambil tertawa kecil.
Entah
apa lagi yang mereka bicarakan. Tian gak denger lagi percakapan mereka,
sekarang tian gak bisa nahan tangis nya, tapi masih mencoba supaya isak tangis
nya gak terdengar. Saat tian mulai tenang, dia mencoba untuk melihat
keadaan adi. Koq? Adi berlari menuju pintu
penuh dengan emosi. Ada apa? Tian lari
mengejar adi.
“kamu mau kemana? Kamu kenapa” tanya tian di iringi
isak tangis nya dan air mata yang gak bisa dia pendam.
“maaf, yann. Itu mau papa kamu! Aku gak bisa
apa-apa.” Adi terlihat kecewa campur emosi.
“kamu gak ngelawan? Kamu gak berjuang?”
“sayang, aku udah berusaha untuk hubungan kita. Aku
juga gak mau ini terjadi! Kamu tau kan papa kaya gimana?” adi tetap lembut
ngejelasin semuanya walaupun dalam hati nya tersimpan banyak amarah. Tian
berlari menuju papa.
“PAPA GAK ADIL!!! PAPA GAK PERNAH NGERTI TIAN!! PAPA
EGOIS!!” teriak tian di hadapan wajah papa nya. Papa hanya diam. “ aku bahagia
pa sama adi! Dia gak pernah nyakitin tian! Adi gak salah!” tian lari ke arah
adi lagi.
“adi...kamu gak akan ninggalin aku kan?” adi
langsung memeluk tian tanpa menjawab. Tian masih menangis. “LEPASIN TIAN!!”
teriak papa. “PERGI KAMU DARI SINI!!!” Tian di tarik masuk sama papa nya. Tian
merontah-rontah, tian gak ngelepasin tangan adi, sampai akhir nya papa
bertindak kasar.
“adi.....” teriak tian. Adi pergi meninggal kan tian
yang masih menangis. Terlihat motor adi melaju kencang dan sekejap menghilang
di balut malam. Sedangkan tian masih menangisi kepergian adi.
Esok
nya tian memutuskan kembali ke Purwokerto dengan hati yang hancur. Entah apa
yang ada dalam pikirannya, tian terlihat pucat pasi. Hidup nya seakan udah gak
ada artinya lagi.
Tian
merebahkan tubuh nya. Sesampai di kosan tian belum liat batang hidung
sahabatnya, rahma. Ini masih hari sabtu, jadi masih ada waktu buat tian
istirahat melupakan semua masalah. Tian pergi tanpa pamitan sama adi. Nomer adi
gak aktif. Itu semakin membuat tian merasa gak enak. Adi kemana? Kenapa dia
seperti ini?
Pandangan tian menerawang jauh. Dia mencoba mengingat semua memory nya
bersama adi. Tawa, canda, tangis, mereka jalani berdua selama dua tahun, tapi
tangisan saat ini tian merasa sendiri. Dia merasa kehilangan sosok adi yang
selama ini menemani nya di saat suka dan duka.
Udah
hampir seminggu gak ada kabar dari adi. Setelah kejadian itu keadaan tian
menjadi berubah, dia lebih sering diam, melamun, menyendiri, bahkan jarang
masuk kuliah. Rahma sebagai sahabat nya mersa aneh, rahma gak tau masalah tian.
Tian gak pernah cerita, kalupun ditanya tian gak pernah jawab.
Hari
begitu cepat berlalu. Tian sadar, percuma dia sperti ini terus, gak ada
gunanya. Keinginan buat move on pun
muncul di benak tian. Tian mulai tersenyum pada langit yang pagi ini terlihat
begitu cerah. Dia langsung pergi ke kamar mandi, sepuluh menit kemudian tian keluar dengan wajah fress, tanpa beban,
tanpa masalah. Kesegaran wajah nya terpancar di balik rambut nya yang basah.
“rahmaaaa....” teriak tian begitu bersemangat.
“apa?” jawab rahma dari balik tangga.
“pergi yuk? Weekend nih masa ngeduplek di kosan
terus? Boseeennn” teriak tian dengan manja.
“iya bentar. Gw ganti baju dulu ya.”
Tian,
rahma, dan bimo akhir nya pergi. Gak jauh-jauh Cuma ke MORRO yang deket, lagian
mereka Cuma mau ngilangin penat aja. Rahma merasa senang dengan keadaan tian
yang udah kembali seprti dulu, tapi rahma masih bingung apa penyebab tian
mejadi penyendiri gitu.
Mereka muter-muter entah apa yang dicari. Udah sekitar 3 jam mereka
berada di situ, kebahagiaan pun terpancar dari wajah tian, kayanya dia seneng
deh! Dia berhasil move on. Udah siang, bimo harus segera ke kampus. Dengan
berat hati mereka mengakhiri petualangan hari ini. Bimo nganterin tian dan
rahma dulu ke kosan, kemudia dia langsung tancap gas menuju kampus nya.
“gw lansung ke kamar ya yann. Daaahhh” rahma naik ke
kamar nya. Tian juga kayanya ke capean, dia merebahkan tubuh nya dan mulai
menutup mata nya. Baru beberapa menit mata tian terpejam, handphone tian
berbunyi. Di lihat nomer di layar hp nya, nomer baru! Gumam nya. Siapa? Tian
bertanya sendiri. Setelah beberapa menit tian langsung memencet tombol yes.
“halo?” dengan nada pelan, tapi kedengarannya di
sebrang sana ada kerusuhan. Terdengar isak tangis yang histeris, bahkan ada
jeritan. “siapa?” tian memberanikan diri.
“tian...gw bobi temen nya adi. Adi kecelakaan, motor
nya tabrakan sama truk.” Suara itu seperti serius dan bobi pun terdengar terseguk-seguk.
“APA?? Bob, jangan bohongin gw!”
“gw serius yan, gw gak mungkin bohong. Keadaan adi
lagi kritis, dia di rumah sakit Fisal.”
“ok, gw kesana sekarang!” tian benar-benar gak
percaya. Setelah tiga minggu gak ada kabar dia malah dapet kabar yang gak di
ingin kan. Tanpa pikir panjang tian langsung menuju terminal.
Dua
jam kemudian tian smpe di rumah sakit yang di tuju. Banyak keluarga adi yang
hampir semuanya mengeluarkan air mata. Dari kejauhan kira-kira 1 meter langkah
tian mulai gontai. Dia harus percaya apa nggak! Aku harap ini hanya mimpi,
batin tian. Mama adi mulai mendekati tian dan di peluknya tian dengan tangisan
histeris. Tian bingung harus gimana, dia lihat di ujung lorong bobi dan
kawan-kawan memandangi tian dengan air mata di wajah mereka.
“tian... adi,yan...” mama adi tedengar lemas. “adi
kritis. Kesempatan untuk selamat nya tipis.” Tian hanya diam. Dari dia dapat
kabar dari bobi,tian belum meneteskan air mata sekalipun. Tian hanya bengong
mendengar semua berita itu. Tanpa air mata, tanpa tangis,tanpa sepatah kata
yang keluar dari mulut tian. Tian tetep diam membisu.
Di
pandanginya wajah Adi yang tertutup oksigen, berrbaring lemas, tak berdaya.
Sampai saat itu pun tian belum bisa berkata apapun. Apa ini nyata? Tuhan...
semoga ini hanya mimipi! Bangunkan aku Tuhan...!!! tian terjatuh ke lantai!
Tian pingsan!